Gaung "Festival Sangiran Purba 2019" sudah mulai tersiar di berbagai penjuru dunia. Para seniman akan ikut memeriahkan festival yang digelar di Halaman Museum Purbakala Sangiran Sragen, 23-24 November 2019 tersebut. Maka tidak mengherankan bila, aroma kemeriahannya seakan sudah terasa sejak hari-hari lalu, meski acara baru mau digelar. Hal itu diungkapkan Hendrawan Purwanto, Lasi Pengembangan Kawasan Pariwisata Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah, saat ditemui dikantornyaa, Jl Pemuda Semarang, Kemarin (21/11).
Gaung "Festival Sangiran Purba 2019" sudah mulai tersiar di berbagai penjuru dunia. Para seniman akan ikut memeriahkan festival yang digelar di Halaman Museum Purbakala Sangiran Sragen, 23-24 November 2019 tersebut. Maka tidak mengherankan bila, aroma kemeriahannya seakan sudah terasa sejak hari-hari lalu, meski acara baru mau digelar. Hal itu diungkapkan Hendrawan Purwanto, Kasi Pengembangan Kawasan Pariwisata Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Provinsi Jawa Tengah, saat ditemui dikantornyaa, Jl Pemuda Semarang, kemarin (21/11).
Karena menurut dia, Festival Sangiran akan memberikan suguhan memikat dan menghibur, mulai dari seminar, Sangiran story telling, hingga pentas budaya.
"Inilah kolaborasi kegiatan yang menarik dan memikat antara kajian ilmiah, kisah kehidupan masa lalu, hingga pertunjukkan seni budaya yang mengasyikkan," kata dia.
Dalam festival tersebut, lanjut Hendrawan, pengunjung akan terhibur dengan pertunjukkan dari Campursari Dewandaru, Don Santos Band, dan Gamelan Kontemporer SMK 8 Surakarta. Sejumlah seniman juga akan tampil dengan menyuguhkan Tari Purba, Tari Sangir, dan Gejlok Lesung.
Menurut Hendrawan, Tari Purba, merupakan salah satu kesenian yang mengangkat kearifan lokal di Situs Sangiran. Kesenian Tari Purba itu berasal dari desa di Sangiran yang beranggotakan berbagai latar belakang usia, pekerjaan, pendidikan, dan latar belakang sosial.
"Dengan mengangkat kisah hidup manusia purba di masa lalu dan menuangkannya melalui gerak dan lagu, tentunya akan memberikan pengetahuan kepada penonton tentang kisah hidup manusia purba, sekaligus memberikan hiburan yang menyenangkan," katanya.
Tidak kalah menarik, lanjut dia, adalah sajian gejlok lesung. Suara "thok-thek-thok-thek", pukulan alu (kayu panjang untuk menumbung padi), pada lesung (rongga kayu berbentuk seperti perahu panjang tempat padi) itu, mengalir enak di telingga.
Suara tabuhan musik yang harmonis itu dihasilkan bukan dari sebuah alat musik. Alunan musik yang semarak itu pun makin lengkap dengan iringan berbagai tembang jawa, seolah menghasilkan harmonisasi yang unik.
Gejlok lesung dimainkan oleh 4-5 orang atau lebih tergantung besar lesung yang digunakan. Secara bergantian mereka memukul lesung dengan alu pada bagian atas, samping, tengah, atau tepat pada bagian cekungan sedemikian rupa, sehingga menimbulkan suara "thok thek thok thek", bersahut-sahutan yang berirama yang unik nan indah.
Seiring irama pukulan para penabuh lesung itu, terdengar nyanyian lagu atau tembang Jawa serta tarian dari para penabuh. Tembang yang dilantunkan biasanya bernuansa agraris, seperti Wulung Kelalang, Caping Gunung, Emprit Neba, dan Ayam Ngelik.
"Gejlok lesung dulu digunakan masyarakat sebagai alat untuk memisahkan padi dari kulitnya. Padi kering dimasukkan dalam lesung, kemudian ditumbuk dengan alu sehingga menimbulkan irama. Namun setelah berkembangnya alat penggiling padi modern, maka gejlok lesung saat ini berkembang menjadi kesenian musik tradisional, dan di Festival Sangiran ini pengunjung bisa menikmati keharmonian dan keasyikkannya," kata dia.
Kunjungan Wisata
Sementara tujuan digelarnya Festival Sangiran ini, kata dia, untuk mempromosikan destinasi Museum Sangiran kepada masyarakat luas, melestarikan, mengembangkan, dan memperkenalkan seni budaya serta keunggulan daerah. Sehingga akan meningkatkan kunjungn wisata domestik maupun mancanegara.
"Dengan diadakannya acara semacam ini diharapkan akan menggerakkan tidak saja sektor pariwisata, tetapi juga kesejahteraan masyarakat sekitar. Situs dan Museum Sangiran dikenal dan kemudian disayang masyarakat, itulah tujuan acara ini," katanya.
Maka, Sangiran yang termasuk destinasi wisata di Jawa Tengah menjadi destinasi unggulan di Indonesia. Diharapkan Sangiran tidak sekadar menjadi tempat bagi peneliti, melainkan sebagai tempat wisata yang menarik wisatawan.
Situs atau Museum Purbakala Sangiran di Kalijambe Sragen, untuk pertama kali pada tahun1930 ditemukan fosil Pithecanthropus erectus oleh Profesor Von Koenigswald, arkeolog Jerman. Dari hasil temuannya itu, Sangiran merupakan situs prasejarah yang berperan dalam memahami proses evolusi manusia dan merupakan situs purbakala paling lengkap di dunia.
Dari situlah situs Sangiran ditetapkan sebagai warisan dunia oleh Komite Heritage Unesco. Selain disimpan di Museum Sangiran, beberapa fosil manusia purba disimpan di Museum Geologi Bandung dan Laboraturium Paleoantropologi Yogyakarta.
Pada awalnya Museum Sangiran dibangun di lahan seluas 1.000 m2 di samping Balai Desa Krikilan, Kalijambe. Lantaran fosil yang ditemukan banyak, pada tahun 1980-an museum yang representatif mulai dibangun di lahan seluas 16.675 m2 yang terus diperbaiki dan dilengkapi fasilitasnya.
Di antara fasilitas tersebut, yaitu ruang pamer, aula, laboraturium, perpustakaan, ruang audio visual (tempat pemutaran film tentang kehidupan manusia prasejarah), gudang penyimpanan, dan lainnya. Koleksi museum antara lain fosil berbagai jenis manusia purba, baik asli maupun replika, berbagai fosil binatang purba, serta batuan dan alat-alat untuk berburu.
Selain sebagai warisan dunia dan memiliki peran penting bagi perkembangan ilmu pengetahuan, keberadaan Museum Sangiran yang dikelola Pemkab Sragen itu, juga sebagai destinasi wisata kelas dunia.
Maka dari itu, dengan adanya festival tersebut, tingkat kunjungan wisatawan ke Sangiran akan semakin besar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Dan, semua itu demi kemajuan kebudayaan dan memberi kesempatan bagi masyarakat untuk maju dan berkembang, seiring dengan berkembangnya Situs dan Museum Sangiran.
Sumber : Suara Merdeka